WARGA LAMPUNG | JAKARTA – Siswa dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bandar Lampung sukses mengonversi kendaraan jenis Vespa 2 Tak menjadi motor listrik. Motor vespa konversi tersebut ditampilkan dalam pameran Devotion Experience (Dev-X) Kementerian Agama (Kemenag).
Dua siswa kelas 12 MAN 2 Bandar Lampung yang merakit vespa tersebut adalah Fuzi Nur Ilahi dan M Angga Yulizar.
"Kebetulan madrasah kami adalah madrasah keterampilan. Kami dan tim punya ide untuk mengubah Vespa berbahan bakar minyak menjadi berbahan listrik," kata Fuzi dan Angga saat dijumpai di anjungan Direktorat Kurikilum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, JCC, Senayan, Jakarta.
Mereka mengatakan ide pembuatan motor listrik ini berawal dari Program Konversi BBM ke motor listrik. Dipilihnya Vespa karena ketersediaan bahan yang banyak.
Dua motor Vespa yang dipamerkan memiliki spesifikasi yang berbeda. Vespa dengan warna biru menggunakan aki kering 12 V, 20.2 AH, dengan motor penggerak berdaya 1.500 watt.
Sementara Vespa dengan warna merah menggunakan baterai lithium-ion dengan motor berdaya 3.000 watt, setara dengan kekuatan motor Tiger. Untuk pengisian baterai diklaim bisa sampai empat jam dan bisa menempuh jarak sekitar 100 km.
Guru Keterampilan MAN 2 Bandar Lampung, Abdullah menjelaskan pengerjaan Vespa BBM menjadi motor listrik ini. Menurutnya, untuk konversi mesin memakan waktu 2-3 hari, sedangkan pengerjaan rangka bisa sampai dua minggu.
Abdullah mengaku banyak pihak yang tertarik untuk membeli. Namun hasil praktik siswa MAN 3 Bandar Lampung ini memang tidak diperjualbelikan.
Biaya pengerjaan motor Vespa ini diperkirakan habis sekitar Rp 40 juta. "Jika dikerjakan secara massal, mungkin harganya bisa lebih murah lagi," katanya.
Kreasi Siswa Madrasah Setara Sekolah Umum
Sementara itu Kepala Badan Litbang Kemenag Amien Suyitno mengatakan konversi motor listrik yang dilakukan siswa madrasah menjadi kebanggaan. Sebab dua siswa tersebut mampu menciptakan kreasi baru.
"Talenta-talenta seperti ini harus dikembangkan terus oleh madrasah. Karena ke depan orang-orang yang akan dibutuhkan adalah yang punya skill, punya talenta, yang punya kemampuan bisa beradaptasi," kata Suyitno.
Menurutnya, kreasi yang diciptakan ini menunjukkan madrasah sudah setara dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya. Di samping itu madrasah memiliki keunggulan yang tak dimiliki sekolah lain yakni dari sisi penguatan karakter spiritual dan sains-teknologi.
"Jadi anak madrasah sudah harus bangga. Anak madrasah sudah di atas rata-rata, sehingga mereka harus bangga. Tapi jangan lupa ada tantangan lebih besar, maka harus terus belajar, belajar, belajar," katanya.