Warga Lampung, Aku tamatan SMF. Singkatan dari Sekolah Menengah Farmasi. Dulu sekolah ini namanya SAA. Bukan Sekolah Anak-Anak, tapi Sekolah Asisten Apoteker. Karena yang tamat dari sekolah ini disebut dengan asisten apoteker. Atau ahli farmasi, setingkat dibawah apoteker waktu itu.
Kami sekolah selama 3 tahun.
Selepas SMP langsung masuk SMF. Di sekolah ini beda dengan SMA -walau satu level-. Satu kelas ada 40
orang. Waktu angkatan kami tahun 1989 terima 2 lokal. Masing-masing 40 orang. Dari
total 80 siswa diterima, lelaki cuma ada 8 orang. Sisanya cewek.
Awal-awal mulai sekolah terkejut juga aku. Sekitar sebulan pertama
masuk, kami mengalami Masa Orientasi
Sekolah (MOS). Ada yang bilang ospek,
ada yang bilang plonco. Pokoknya ini
adalah masa-masa awal kami dikenalkan dengan program sekolah, dan tentu saja…..
kakak kelas / senior.
Sudah pasti kami yang baru masuk
harus mengikuti kegiatan MOS sepenuhnya. Mengikuti jadwal MOS dan berinteraksi
dengan kakak kelas yang macem-macem lah jenisnya.
Dari kegiatan MOS kami jadi tahu
dan paham tentang SMF. Dan juga tahu dan paham, memahami, mengelus dada, dan
bersabar tentang kakak senior. Ada yang baek, ada yang lembut, ada yang
mengajari, dan ada juga yang galak….. Segala macam perintah senior harus kami
turuti. Disuruh nyanyi, disuruh kegiatan kebersamaan, angkat ini angkat itu ya
harus dikerjakan.
Tapi ada baiknya juga. Lepas MOS itu timbul
keakraban. Terjalin jiwa akrab dan persaudaraan yang erat antar siswa SMF. Baik
yang sekelas maupun dengan senior. Saat menulis ini aku teringat dengan trainer
kami waktu MOS itu. Yaitu Kk Citra Yuningsih -yang saat ini sudah almarhum-
Semoga Allah SWT mengampuni beliau. Amiin.
Menurut cerita bp Amiruddin Munaf
-juga sudah almarhum- seorang guru di SMF, dulu siswa yang sekolah di SAA saat
sekolah juga mendapatkan tunjangan dari pemerintah. Dapat beras tiap bulan dan
uang saku. Tapi itu dulu, sekitar tahun enampuluhan. Mungkin saat itu jumlah
asisten apoteker masih sangat langka.
Pelajaran di SMF sepertinya lebih
berat dibandingkan SMA. Pelajaran ilmu eksakta lebih intens ditempuh. Ilmu kimia, biologi, fisika, matematika, dan ilmu
farmasi benar-benar dititikberatkan. Pelajaran menghafal juga menjadi ilmu
wajib. Ada pelajaran Sinonim Farmasi.
Yaitu pelajaran menghafal jenis-jenis nama sediaan farmasi, nama kimianya,
khasiat dan kegunaan, nama lain, sampai nama dagang produknya di pasaran.
Karena bidang study ini, siswa smf menjadi penghafal
tulen. Sambil melaksanakan kegiatan harian, setiap saat mempraktekkan hafalan.
Sambil menyapu, di kenderaan umum, nonton tv, kegiatan menghafal menjadi
kebiasaan rutin. Akibat mata pelajaran ini, umumnya siswa smf adalah penghafal
kimia dan farmasi. Kelak ini menjadi trademark
dan kebanggaan siswa farmasi.
Sampai saat ini ilmu hafalan tersebut masih membekas dan teringat di kepala
seorang asisten apoteker.
Oya, kembali pada judul tulisan
ini. Di smf ada kuliner legend yang
rasanya semua siswa pasti pernah menjajal kuliner ini. Yaitu Lontong Abah. Ya,
lontong yang dijual di Kantin Abah di smf. Semua siswa pasti pernah makan
lontong ini. Abah membuka kantin di sudut kanan jalan masuk sekolah. Lontong
adalah menu favorit di kantin ini. Siswa bisa sarapan atau makan siang di
kantin ini. Sampai sekarang, salah satu yang kami ingat tentang sekolah ini ya Lontong Abah ini.
Lontong nya lontong medan. Rasanya enak dan mantap. Legendaris lah buat alumni.
Sering kalau pulang ke Medan, aku datang sekedar mencicipi lontong abah ini.
Abah ini adalah penduduk kota
medan yang sepertinya turunan orang India. Kalau dilihat dari kulit dan
perawakannya. Pendiam, cukup baik, dan pengertian. Umumnya siswa makan di
kantin ini, Tapi aku gak pernah dengar tentang kenakalan siswa yang nembak makanan di kantin ini. Dulu waktu
smp, seringkali kawan-kawan nembak
makan di kantin. Kayaknya aku pernah juga lah. Hehehe…. Di kantin abah kami gak pernah nakal, mungkin karena
jumlah siswanya sedikit. Jadi kalau nakal mungkin langsung ketahuan. Hehehe…
Lontong ini demikian legend. Kalau sesama alumni bertemu, disamping
bincang lain, pasti tentang lontong juga jadi menu pembicaraan. Aku gak tahu,
apakah abah masih buka kantin dan apakah abah masih ada di dunia ini. Karena
waktu kami masih sekolah di umur 16 an tahun, abah saja sudah tua. Sekarang
umurku sudah limapuluhan. Pasti beliau sudah sangat tua.
Kuliner enak dan terjangkau pasti
jadi ingatan. Lontong abah salahsatunya. Gak jarang alumni datang ke sekolah
hanya untuk mencicipi lontong legend ini. Sekarang alumni nya sudah tersebar
dimana-mana, se antero Indonesia. Bahkan ada yang diluar negeri. Tapi antar
alumni tetap terjalin komunikasi intens.
Karena kemajuan technologi, komunikasi
antar alumni gak pernah putus. WA Grup
alumni masih aktif. Perbincangan masih terus jalan. Yang pasti, ingatan sebagai
alumni tetap ada. Keinginan bertemu dan reuni juga tetap ada. Karena hubungan
baik telah terjalin. Dan keakraban juga pernah terbina.
Saya yakin, dalam benak
rekan-rekan alumni juga ada keinginan untuk bertemu. Ada keinginan untuk
mengingat dan mengenang kembali masa-masa indah smf. Gak salah direncanakan
kembali reuni antar alumni. Atau reuni lintas angkatan. Agar ingatan tetap fresh. Pertemanan dan Persaudaraan tetap
terjalin. Karena kita kan gak pernah tahu sampai kapan kita masih ada di dunia
ini.
So……… bagaimana dengan Lontong
Abah ???
Kapan kita cicipi lagi ????